Kata Kafe berasal dari bahasa Perancis yaitu cafe yang berarti coffe dalam bahasa Indonesia kopi atau coffehouse dalam bahasa Indonesia kedai kopi, istilah ini muncul pada abad ke 18 di Inggris. Kopi pertama kali masuk ke Eropa pada tahun 1669 ketika utusan sultan Mohammed IV berkunjung ke Paris, Perancis, dengan membawa berkarung-karung biji misterius yang nantinya dikenal dengan nama coffee.
Ketika utusan Sultan meninggalkan Paris pada bulan Mei tahun berikutnya, kebiasaan menikmati kopi yang dikenalkannya pada kaum bangsawan Paris telah menjadi mode baru Yang kemudian di tahun 1672 seorang pengusaha muda asal Armenia, yang dikenal dengan nama Pascal menjualnya secara umum, pertama-tama di sebuah pameran besar di Saint Germain dan kemudian di sebuah toko kecil yang berlokasi di Quai de Evole, dimana ia menjual kopi dengan harga dua sol, enam dernier (sekitar dua penny Inggris) satu cangkir.
Adalah Jean de la Rogue yang berperan penting dala sejarah kopi di Perancis, ia menulis bahwa ketika tahun 1714 ia berjalan bergegas menuju jalan besar ke arah Jardin des Plants, dimana hampir tidak ada satu kota pun yang tidak memiliki kedai kopi / kafe.
Penyebaran Kafe / Coffe House di Eropa ini terjadi melalui jalur perdagangan, ke wilayah italia yang dikenal dengan sebutan Caffe yang hanya berbeda penulisan saja. Yang kemudian pada tahun 1839 muncul kata cafetaria dalam bahasa Amerika English yang berasal dari bahasa Mexican Spanish untuk menyebutkan sebuah kedai kopi.
Tren Bisnis Cafe
Keberadaan Kafe / café makin lama makin menjamur. Selain mall sebagai tempat jalan-jalan dan ngadem-nya masyarakat perkotaan, café menjadi alternatif tempat nongkrong dan ngrumpi. Di Jakarta, setidaknya ada lebih dari 300 café yang beroperasi. Berdasarkan data Asosiasi Pengusaha Kafe Restoran Indonesia (Apkrindo), jumlah kafe dan restoran di Surabaya pun tumbuh pesat sebesar 15-20% pada tahun 2012, dan akan terus meningkat. Begitu juga dengan café-café yang ada di kota-kota besar lainnya seperti Bandung, Makassar, Yogyakarta, dan Denpasar, yang bukan main banyaknya. Semua ini menandakan bahwa bisnis ini cukup diandalkan dan menjanjikan.
Berbicara dan melihat perkembangan bisnis kafe yang cukup pesat saat ini, tentu tidak bisa dilepaskan dari asal-usul munculnya bisnis ini di Indonesia. Dan bisnis cafe bermula dari minuman dengan kata-kata yang mirip, yaitu kopi. Ide untuk memodernkan cara meminum kopi memang bukan asli dari Indonesia. Gagasan ini diawali dari langkah bersejarah dari kemunculan Starbucks, yang kemudian membuat masyarakat berpikir bahwa minum kopi pun bisa terlihat berkelas dan 'wah'. Begitu juga ketika Starbucks hadir di Indonesia. Ide brillian warung kopi kelas atas inilah yang lalu diadaptasi oleh masyarakat. Sejak saat itu, berbondong-bondong lahirlah cafe-cafe yang menyuguhkan kopi dengan suasana modern. Harga yang jauh lebih mahal dari kopi sachet pun akhirnya bisa ditoleransi dengan alasan kenyamanan dan standard gaya hidup tingkat tinggi yang ingin dimiliki oleh semua orang.
Perlahan namun pasti, acara ngopi di cafe menjadi bagian dari gaya hidup, yang tanpanya seakan membuat kita menjadi kurang gaul dan bahkan terkesan kampungan. Aktivitas ini kemudian menjadi ajang kumpul-kumpul dengan kolega, teman kuliah, arisan, reuni, ngobrol soal bisnis, curhat, dan bahkan meeting. Tapi, lebih dari itu, sebenarnya kini café telah menjadi bagian dari identitas dan eksistensi masyarakat pecintanya. Kopi pun menjadi lebih membaur lagi dengan banyaknya variasi minuman ini, mulai dari pencampuran dengan coklat, susu, krimer, es, dan gula. Ditemani dengan aneka makanan ringan seperti puding, kue, dan bermacam-macam roti yang menemani suasana santai, semakin membuat kegiatan menyesap kopi menjadi lebih elegan. Semua itu untuk memfasilitasi mereka yang ingin turut serta menikmati gaya hidup mewah dan seni minum kopi.
Suasana seperti ini kemudian menjadi peluang yang lebih besar bagi orang-orang yang tergiur manisnya bisnis cafe. Mereka berpendapat bahwa selama masyarakat tidak keberatan dengan harga yang mahal dan menginginkan gaya serta kenyamanan, maka bisnis cafe bisa dikembangkan. Cafe pun menjamur. Tidak hanya fokus pada menu kopi, cafe mulai memperluas lingkup pada menu-menu yang lain. Kini, bisa kita temukan cafe yang khusus menyajikan menu es krim, hasil olahan susu, cafe yogurt, coklat, brownies, cookies, dan masih banyak lagi menu-menu yang disajikan di tempat makan berkonsep cafe.
Cafe sendiri merupakan sebuah konsep induk yang kemudian dikembangkan lagi dalam subkonsep tempat makan yang lebih rinci. Dari situ, pemilik cafe lalu memperjelas lagi dengan tema desain ruang yang artistik. Saat ini, nyaris tidak bisa ditemui cafe yang biasa saja tanpa mengusung tema tertentu. Demi kenyamanan dan pengalaman eksklusif para pengunjung, para pemilik cafe berlomba menentukan tema yang unik, cantik, dan dieksekusi dengan kecerdikan para interior designer. Saat ini, tema vintage, retro, dan kampung adalah yang paling banyak digemari. Semua konsep itu dikemas secara apik dan modern, sehingga setiap pengunjung memperoleh suasana berbeda yang tidak akan didapat di tempat lain. Nah, suasana beda inilah yang juga meningkatkan daya saing bisnis café. Semua pengelola berlomba-lomba menciptakan tempat yang memberikan pengalaman dan nuansa baru yang eksklusif. Salah satu tolok ukur keberhasilannya adalah ketika banyak pengunjung yang mulai mengeluarkan ponsel dan berpose.
Selain menu dan konsep tata ruang, café juga harus didukung dengan strategi marketing yang maksimal. Apalagi di kota-kota besar, tempat bisnis hiburan tumbuh pesat, promosi dan taktik pemasaran wajib dikuasai. Tidak hanya promo di momen-momen special, café juga kerap menghadirkan entertainment tambahan melalui serangkaian event dan paket-paket khusus. Tidak jarang, pengelola bersedia memberikan space secara gratis, bahkan sengaja menyewa Event Organizer untuk menyiapkan event sebagai daya tarik pengunjung. Pengelola juga membuat harga paket khusus untuk acara tertentu, misalnya ulang tahun. Memang, jika tidak pandai-pandai mengelolanya, bisa dipastikan café tersebut akan tenggelam, seperti yang sering terjadi di banyak café yang hanya modal nekat.
bisa minta data berapa jumlah cafe di makassar???
BalasHapus